Perguruan tinggi negeri mulai mempertimbangkan penerimaan mahasiswa hanya melalui jalur undangan, tanpa ujian tertulis. Mereka meragukan hasil ujian tertulis seleksi nasional masuk perguruan tinggi negeri, apalagi masih ada praktik joki, nepotisme, dan mencontek.
Hal itu dikemukakan Ketua Majelis Rektor PTN Indonesia sekaligus Rektor Universitas Hasanuddin Idrus Paturusi ketika dihubungi di Makassar, Jumat (20/1). ”Ujian tertulis masih jadi pertanyaan. IPK mahasiswa dari jalur undangan rata-rata lebih tinggi daripada yang jalur ujian tertulis,” ujarnya.
Menurut Idrus, penerimaan mahasiswa hanya melalui jalur undangan masih dikaji PTN. Bila terwujud, ujian nasional (UN) akan memiliki nilai tinggi sebagai penentu penerimaan SNMPTN.
Namun, usulan penerimaan melalui hanya lewat jalur undangan tak bisa diterima begitu saja. Guru atau pihak sekolah bisa merekayasa nilai rapor siswa.
”Di situlah peran UN sebagai kontrol. Kami bisa cek potensi siswa dari nilai rapor dan UN. Kalau dia ranking satu terus, tetapi nilai UN anjlok, berarti ada yang salah,” kata Idrus.
Universitas Hasanuddin berencana menerapkan penerimaan mahasiswa baru hanya dari jalur undangan. Tahap awal akan diberlakukan bagi program studi kedokteran. ”Biasanya di kedokteran banyak yang ingin masuk dan berusaha masuk dengan segala cara,” ujarnya.
Posisi ujian nasional
Diberitakan sebelumnya, mulai tahun ini, PTN menjadikan nilai UN sebagai evaluasi akhir kelulusan SNMPTN, baik di jalur undangan maupun jalur ujian tertulis. Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Djoko Santoso menjelaskan, pada akhir penilaian kelulusan SNMPTN, penerimaan akan dievaluasi menggunakan hasil UN. ”Tidak mungkin anak yang tidak lulus UN bisa lulus SNMPTN,” ujarnya.
Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Bidang Pendidikan Musliar Kasim mengatakan, kepala sekolah dapat mendaftarkan siswa yang memiliki nilai rapor baik untuk mengikuti seleksi melalui jalur undangan. Dari nilai rapornya, siswa seharusnya bisa langsung diterima di jalur undangan.
Namun, bila nilai UN-nya rendah, ada kemungkinan rapornya tidak sesuai kemampuan akademik siswa. ”Itu berarti rapor tak benar,” ujarnya.
Meskipun akan menjadi evaluasi akhir penerimaan, Idrus mengingatkan, nilai UN tidak serta-merta bisa menjadi ”tiket masuk” PTN. Apalagi daya tampung PTN yang terbatas, hanya sekitar 500.000 mahasiswa per tahun.
Sebagai pembanding, peserta SNMPTN tahun 2011 sebanyak 770.000 orang lebih, dan diperkirakan naik 10-15 persen setiap tahun. ”Tidak mungkin ditampung semuanya,” ujarnya.
Sumber : Kompas Online
Hal itu dikemukakan Ketua Majelis Rektor PTN Indonesia sekaligus Rektor Universitas Hasanuddin Idrus Paturusi ketika dihubungi di Makassar, Jumat (20/1). ”Ujian tertulis masih jadi pertanyaan. IPK mahasiswa dari jalur undangan rata-rata lebih tinggi daripada yang jalur ujian tertulis,” ujarnya.
Menurut Idrus, penerimaan mahasiswa hanya melalui jalur undangan masih dikaji PTN. Bila terwujud, ujian nasional (UN) akan memiliki nilai tinggi sebagai penentu penerimaan SNMPTN.
Namun, usulan penerimaan melalui hanya lewat jalur undangan tak bisa diterima begitu saja. Guru atau pihak sekolah bisa merekayasa nilai rapor siswa.
”Di situlah peran UN sebagai kontrol. Kami bisa cek potensi siswa dari nilai rapor dan UN. Kalau dia ranking satu terus, tetapi nilai UN anjlok, berarti ada yang salah,” kata Idrus.
Universitas Hasanuddin berencana menerapkan penerimaan mahasiswa baru hanya dari jalur undangan. Tahap awal akan diberlakukan bagi program studi kedokteran. ”Biasanya di kedokteran banyak yang ingin masuk dan berusaha masuk dengan segala cara,” ujarnya.
Posisi ujian nasional
Diberitakan sebelumnya, mulai tahun ini, PTN menjadikan nilai UN sebagai evaluasi akhir kelulusan SNMPTN, baik di jalur undangan maupun jalur ujian tertulis. Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Djoko Santoso menjelaskan, pada akhir penilaian kelulusan SNMPTN, penerimaan akan dievaluasi menggunakan hasil UN. ”Tidak mungkin anak yang tidak lulus UN bisa lulus SNMPTN,” ujarnya.
Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Bidang Pendidikan Musliar Kasim mengatakan, kepala sekolah dapat mendaftarkan siswa yang memiliki nilai rapor baik untuk mengikuti seleksi melalui jalur undangan. Dari nilai rapornya, siswa seharusnya bisa langsung diterima di jalur undangan.
Namun, bila nilai UN-nya rendah, ada kemungkinan rapornya tidak sesuai kemampuan akademik siswa. ”Itu berarti rapor tak benar,” ujarnya.
Meskipun akan menjadi evaluasi akhir penerimaan, Idrus mengingatkan, nilai UN tidak serta-merta bisa menjadi ”tiket masuk” PTN. Apalagi daya tampung PTN yang terbatas, hanya sekitar 500.000 mahasiswa per tahun.
Sebagai pembanding, peserta SNMPTN tahun 2011 sebanyak 770.000 orang lebih, dan diperkirakan naik 10-15 persen setiap tahun. ”Tidak mungkin ditampung semuanya,” ujarnya.
Sumber : Kompas Online
1 comments
Tidak setuju... karena manipulasi nilai rapot lebih mudah dilakukan terutama oleh SMA SMA yang bukan unggulan. SMPTN tertulis tetap merupakan jalur paling FAIR untuk penerimaan mahasiswa. Dari dulu jarang sekali ada kebocoran soal, dan presentasi joki sangat kecil ,bisa dibilang hanya 1-2 persen saja dari peserta. Menutup kesempatan siswa untuk mengikuti ujian tertulis merupakan salah satu pelanggaran butir pancasila sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia, pak rektor hati -hati..jangan jangan ada maksud dibalik pernyataannya..:?
Post a Comment