| 0 comments ]

Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) dinilai diskriminatif. Pasalnya, PTN memberikan porsi besar pada jalur undangan (nontulis) dalam seleksi masuk. Pengamat pendidikan Dharmaningtyas mengatakan, dengan semakin besar dibukanya akses jalur undangan untuk mengikuti seleksi, maka semakin mempersempit akses dan peluang masyarakat masuk PTN.

Selain itu, menurutnya, seleksi jalur nontulis itu juga belum memiliki kontrol yang kuat. “Ini kemunduran dari sisi akses masyarakat. Perekrutan dari jalur nontulis itu kontrolnya lemah. Potensi untuk merekrut calon mahasiswa yang memiliki kemampuan ekonomi yang tinggi lebih terbuka di jalur undangan atau mandiri,” ujarnya.

Perguruan tinggi negeri seharusnya dapat membuka akses yang sebesar-besarnya bagi seluruh calon mahasiswa dari berbagai kalangan. Karena itu, dia khawatir jika nanti jalur undangan justru hanya akan menghimpun calon mahasiswa dari kelas tertentu. “Ini bisa menjadi diskriminatif. PTN menjadi elitis,” imbuhnya.

Ia berpendapat, sistem seleksi seharusnya dikembalikan sebanyak-banyaknya ke dalam jalur tulis. “Selain membuka akses secara luas, seleksi prestasi juga akan tercapai,” ungkapnya.

Joki

Terkait dengan alasan kredibilitas SNMPTN yang mulai menurun akibat maraknya perjokian, Dharmaningtyas menilai pernyataan tersebut terlalu dangkal.

“Perjokian itu berapa kasus? Perjokian itu kasuistik, bukan sistemik, masih bisa diatasi. Jadi, jangan digeneralisasi dan dibesar-besarkan, apalagi dihubungkan dengan kredibilitas SNMPT jalur tulis,” tandasnya.

Kasus perjokian dan bocoran soal itu menjadi salah satu alasan mengapa PTN lebih mengutamakan jalur undangan ketimbang jalur tertulis. Ujian tertulis SNMPTN dianggap belum kredibel, karena masih rentan terjadi kecurangan.

Atas dasar itu, PTN lebih mengutamakan calon mahasiswa dari jalur undangan dibandingkan tulis, di mana calon mahasiswa langsung diundang oleh pihak kampus dan hasil Ujian Nasional (UN) menjadi alat kontrol nilai.

Sementara itu, Dirjen Pendidikan Tinggi Kemdikbud Djoko Santoso mengatakan, ke depan jalur undangan akan semakin diperbanyak. Dia menampik anggapan bahwa jalur undangan dapat menimbulkan diskriminatif.

Sumber : Suara Merdeka

0 comments

Post a Comment